Kamis, 17 Januari 2013

BIOGRAFI BURGERKILL


Ini merupakan sebuah cerita pendek perjalanan karir bermusik dari sebuah band super keras yang telah menjadi fenomena di populasi musik keras khususnya di Indonesia. Sebuah band yang namanya diambil dari selewengan sebuah nama restaurant fast food asal Amerika, ya mereka adalah Burgerkill band asal origin Ujungberung, tempat orisinil tumbuh dan berkembangnya komunitas Death Metal / Grindcore di daerah timur kota Bandung. Band lulusan scene Uber ( nama keren Ujungberung ) selalu dilengkapi gaya Stenografi Tribal dan musik agresif yang super cepat seperti, Jasad, Forgotten, Disinfected, dan Infamy to name a few.
Burgerkill berdiri pada bulan Mei 1995 berawal dari Eben, scenester dari Jakarta yang pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya. Dari sekolah itulah Eben bertemu dengan Ivan, Kimung, dan Dadan sebagai line-up pertamanya. Band ini memulai karirnya sebagai sebuah side project yang ga punya juntrungan, just a bunch of metal kids jamming their axe-hard sambil menunggu band orisinilnya dapat panggilan manggung. Tapi tidak buat Eben, dia merasa bahwa band ini adalah hidupnya dan berusaha berfikir keras agar Burgerkill dapat diakui di komunitasnya. Ketika itu mereka lebih banyak mendapat job manggung di Jakarta melalui koneksi Hardcore friends Eben, dari situlah antusiasme masyarakat underground terhadap Burgerkill dimulai dan fenomena musik keras tanpa sadar telah lahir di Indonesia.
Alhasil line-up awal band ini pun tidak berjalan mulus, sederet nama musisi underground pernah masuk jajaran member Burgerkill sampai akhirnya tiba di line-up solid saat ini. Ketika dimulai tahun 1995 mereka hanya berpikir untuk manggung, pulang, latihan, manggung lagi dst. Tidak ada yang lain di benak mereka, tapi semuanya berubah ketika mereka berhasil merilis single pertamanya lewat underground phenomenon Richard Mutter yang merilis kompilasi cd band-band Bandung pada awal 1997. Nama lain seperti Full Of Hate, Puppen, dan Cherry Bombshell juga bercokol di kompilasi yang berjudul "Masaindahbangetsekalipisan" tersebut. Memang masa itu masa indah musik underground. Everything is new and new things stoked people! Tidak tanggung lagu Revolt! dari Burgerkill menjadi nomor pembuka di album yang terjual 1000 keping dalam waktu singkat ini.
Setelah mengenal nikmatnya menggarap rekaman, anak anak ini tidak pernah merasa ingin berhenti, dan pada akhir tahun 1997 mereka kembali ikut serta dalam kompilasi "Breathless" dengan menyertakan lagu "Offered Sucks" didalamnya. Awal tahun 1998 perjalanan mereka berlanjut dengan rilisan single Blank Proudness, pada kompilasi band-band Grindcore Ujungberung berjudul "Independent Rebel". Yang ketika itu dirilis oleh semua major label dengan distribusi luas di Indonesia dan juga di Malaysia. Setelah itu nama Burgerkill semakin banyak menghias concert flyers di seputar komunitas musik underground. The Antics went higher, semakin banyak fans berat menunggu kehadiran mereka diatas panggung. Burgerkill sang Hardcore Begundal!
Disekitar awal tahun 1999, mereka mendapat tawaran dari perusahaan rekaman independent Malaysia, Anak Liar Records yang berakhir dengan deal merilis album Three Ways Split bersama dengan band Infireal (Malaysia) dan Watch It Fall (Perancis). Hubungan dengan network underground di Malaysia dan Singapura berlanjut terus hingga sekarang. Burgerkill menjadi langganan cover zine independent di negara-negara tersebut dan berimbas dengan terus bertambahnya fans mereka dari negeri Jiran. Di tahun 2000, akhirnya Burgerkill berhasil merilis album perdana mereka dengan title "Dua Sisi" dan 5000 kaset yang di cetak oleh label indie asal Bandung, Riotic Records ludes habis dilahap penggemar fanatik yang sudah tidak sabar menunggu sejak lama. Di tahun yang sama, band ini juga merilis single "Everlasting Hope Never Ending Pain" lewat kompilasi "Ticket To Ride", sebuah album yang benefitnya disumbangkan untuk pembangunan sebuah skatepark di kota Bandung.
Single terakhir menjadi sebuah jembatan ke era baru Burgerkill, dimana masa awal mereka lagu-lagu tercipta hasil dari pengaruh band-band Oldschool Hardcore, Name it: Minor Threat, 7 Seconds, Gorilla Biscuits, Youth of Today, Sick of it All, Insted, Etc. Seiring dengan waktu, mereka mulai untuk membuka pengaruh lain. Masuklah pengaruh dari band band Modern Metal dan Newschool Hardcore dengan beat yang lebih cepat dan lebih agresif, selain itu juga riff-riff powerchord yang enerjik menjadi bagian kental pada lagu-lagu Burgerkill serta dilengkapi oleh fill-in gitar yang lebih menarik. Anak-anak ini memang tidak pernah puas dengan apa yang mereka hasilkan, mereka selalu ingin berbuat lebih dengan terus membuka diri pada pengaruh baru. Hampir semua format musik keras dilahap dan di interprestasikan kedalam lagu, demikianlah Burgerkill berkembang menjadi semakin terasah dan dewasa. Lagu demi lagu mereka kumpulkan untuk menjadi sebuah materi lengkap rilisan album kedua.
Beberapa Mainstream Achievement pun sempat mereka rasakan, salah satunya menjadi nominator Band Independent Terbaik ala majalah NewsMusik di tahun 2000. Awal tahun 2001 pun mereka berhasil melakukan kerjasama dengan sebuah perusahaan produk sport apparel asal Amerika: PUMA yang selama 1 tahun mensupport setiap kali Burgerkill melakukan pementasan. Dan sejak Oktober 2002 sebuah produk clothing asal Australia: INSIGHT juga mensupport dalam setiap penampilan mereka.
Pertengahan Juni 2003, Burgerkill menjadi band Hardcore pertama di Indonesia yang menandatangani kontrak sebanyak 6 album dengan salah satu major label terbesar di negeri ini, Sony Music Entertainment Indonesia. Dan setelah itu akhir tahun 2003, Burgerkill berhasil merilis album kedua mereka dengan title "Berkarat". Lagu-lagu pada album ini jauh lebih progressif dan penuh dengan teknik yang lebih terasah dibandingkan album sebelumnya. Hampir tidak ada lagi nuansa straight forward dan moshpart sederhana ala band standard Hardcore yang tercermin dari single-single awal mereka. Pada sector vocal dengan tetap mengedepankan nuansa depresif dan kelam, karakter vocal Ivan sang vokalis Bengal lebih berani dimunculkan dengan penulisan bahasa pertiwi dan artikulasi kata yang lebih jelas. Dan di sector musik pun, Toto, Eben, Andris dan gitaris baru mereka Agung semakin berani menjelajahi daerah-daerah baru yang sebelumnya tidak pernah dijajaki kelompok musik keras manapun di Indonesia.
Sebuah kejutan hadir pada pertengahan tahun 2004, lewat album "Berkarat" Burgerkill masuk kedalam salahsatu nominasi dalam salah satu event Achievement musik terbesar di Indonesia "Ami Awards". Dan secara mengejutkan mereka berhasil menyabet award tahunan tersebut untuk kategori "Best Metal Production". Sebuah prestasi yang mungkin tidak pernah terlintas di benak mereka, dan bagi mereka hal tersebut merupakan sebuah tanggung jawab besar yang harus mereka buktikan melalui karya-karya mereka selanjutnya.
Di awal tahun 2005 di tengah kesibukan mereka mempersiapkan materi untuk album ketiga, Toto memutuskan untuk meninggalkan band yang telah selama 9 tahun dia bangun bersama. Namun kejadian ini tidak membuat anak-anak Burgerkill putus semangat, mereka kembali merombak formasinya dengan memindahkan Andris dari posisi Bass ke posisi Drums dan terus melanjutkan proses penulisan lagu dengan menggunakan additional bass player. Sejalan dengan selesainya penggarapan materi album ketiga, tepatnya November 2005, Burgerkill memutuskan kontrak kerjasama dengan Sony Music Entertainment Indonesia dikarenakan tidak adanya kesepakatan dalam pengerjaan proyek album ketiga. So guys...these kids always have a great spirit to keep blowing their power, dan akhirnya mereka sepakat untuk tetap merilis album ke-3 "Beyond Coma And Despair" di bawah label mereka sendiri Revolt! Records di pertengahan Agustus 2006. Album ketiga yang memiliki arti sangat dalam bagi semua personil Burgerkill baik secara sound, struktur, dan format musik yang mereka suguhkan sangat berbeda dengan dua album sebelumnya. Materi yang lebih berat, tegas, teknikal, dan berani mereka suguhkan dengan maksimal disetiap track-nya.
Namun tak ada gading yang tak patah, sebuah musibah terbesar dalam perjalanan karir mereka pun tak terelakan, Ivan sang vokalis akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya ditengah-tengah proses peluncuran album baru mereka di akhir Juli 2006. Peradangan pada otaknya telah merenggut nyawa seorang ikon komunitas musik keras di Indonesia. Tanpa disadari semua penulisan lirik Ivan pada album ini seolah-olah mengindikasikan kondisi Ivan saat itu, dilengkapi alur cerita personal dan depresif yang terselubung sebagai tanda perjalanan akhir dari kehidupannya. "Beyond Coma And Despair" sebuah album persembahan terakhir bagi Ivan Scumbag yang selama ini telah menjadi seorang teman, sahabat, saudara yang penuh talenta dan dedikasi dengan disertai karakter karya yang mengagumkan. Burgerkill pun berduka, namun mereka tetap yakin untuk terus melanjutkan perjalanan karir bermusik yang sudah lebih dari 1 dekade mereka jalani, dan sudah tentu dengan menghadirkan seorang vokalis baru dalam tubuh mereka saat ini. Akhirnya setelah melewati proses Audisi Vokal, mereka menemukan Vicki sebagai Frontman baru untuk tahap berikutnya dalam perjalanan karir mereka.
Dan pada awal Januari 2007 mereka telah sukses menggelar serangkaian tour di kota-kota besar di Pulau Jawa dan Bali dalam rangka mempromosikan album baru mereka. Target penjualan tiket di setiap kota yang didatangi selalu mampu mereka tembus, dan juga ludesnya penjualan tiket di beberapa kota menandakan besarnya antusiasme masyarakat musik cadas di Indonesia terhadap penampilan Burgerkill. A written story just wouldn't enough, tunggu kejutan dan dengarkan album baru mereka, tonton konsernya dan rasakan sensai musik keras yang tak akan kamu lupakan...BURGERKILL HARDCORE BEGUNDAL IN YOUR FACE, WHATEVER!!!

VOKALIS BAND HARDCORE + GURU TK


Pede Manggung Berjilbab meski Fans Anggap Aneh. Kehidupan yang dilakoni Asri Yuniar ini bisa dikategorikan ekstrem. Di satu sisi, dia adalah vokalis band dengan aliran musik Hardcore. Pada sisi lain, dia merupakan guru TK yang sehari-hari berjilbab. Penampilan Asri sehari-hari sangat santai. Ketika ditemui Jawa Pos (grup Radar Lampung) di sebuah art center di kawasan Dago, Bandung, Rabu lalu (19/10), dia mengenakan sepatu teplek, celana jins, kaus oblong dengan baju rangkepan di dalamnya, serta berjilbab merah. Gaya bicaranya juga santai, terkesan malu-malu dengan logat Sunda yang sangat kental. Senyumnya tak pernah sekalipun surut. Achi, sapaan akrab Asri Yuniar, memang sering nongkrong di kawasan itu bersama teman-temannya personel grup band Gugat. Di grup band yang musiknya beraliran hardcore itu, Achi adalah sang vokalis. Suara maupun aksinya bisa dilihat di YouTube. Salah satu masterpiece Gugat adalah lagu yang bertajuk Kelam. Hingga kini, lagu tersebut sudah diunduh 12.851 orang. Fanspage di situs Facebook mereka juga sudah mencapai 9.605 penggemar.
Gugat merupakan band ketiga bagi Achi. Saat duduk di bangku SMA, dia sempat mendirikan band bernama Capability yang semua personelnya perempuan. Mereka paling sering membawakan lagu Nirvana yang beraliran grunge. Sayangnya, band tersebut tak bertahan lama. Achi lantas mendirikan band lagi bernama Dining Out. Achi remaja seolah tak mengenal boyband yang saat itu menjamur. Dining Out bertahan cukup lama, hingga 2003. Merasa jenuh, pada 2004, dia lantas membentuk Gugat yang bertahan hingga saat ini. Kecintaannya pada musik cadas tersebut bermula saat Achi remaja sering menyaksikan band-band hardcore beraksi di GOR Saparua, Bandung.  ’’Dulu, kami kalau perform pasti selalu minta sebelum magrib. Sebab, saya memang tidak boleh pulang setelah magrib. Karena itu, kalau ada yang mengundang, kami pasti meminta syarat untuk tampil sebelum magrib,’’ ucap perempuan berusia 29 tahun tersebut. Terus berkutat dengan musik dan lingkungan penggemar hardcore juga sempat membuat perilaku Achi menyimpang. Dengan blak-blakan, dia mengungkapkan, saat SMA dirinya senang ngeganja, alcoholic, serta penikmat rokok. Semua itu awalnya hanya iseng dilakukan. Apalagi, teman-teman ceweknya juga mau. ’’Saya kalau narik (memakai ganja) juga sama teman-teman cewek. Saya itu parno kalau narik, minum, atau ngerokok di depan cowok,’’ tegas alumnus Unpad jurusan sastra itu. Tetapi, semua kelakuan minus tersebut mulai hilang sejak dirinya memutuskan untuk berjilbab. Sejak itu, dia sama sekali tak menyentuh ganja maupun minuman beralkohol. Namun, sesekali dia memang masih merokok. Achi akhirnya benar-benar berhenti merokok setelah bertemu Hari Gartika yang kini menjadi pendamping hidupnya. ’’Saya dulu juga sama dengan Achi. Semua hal saya coba. Mulai rokok, alkohol, sampai narik. Tetapi akhirnya berhenti total. Bahkan, saya tak merokok sama sekali saat ini. Bedanya dari Achi, saya tidak suka musik hardcore. Grup band paling keras yang saya suka paling cuma Smashing Pumpkins,’’ tutur Hari. Dia juga tak berkeberatan atas status Achi sebagai vokalis grup hardcore. Dia bahkan total mendukung sang istri. Lelaki 32 tahun itu juga mengaku tak risi karena sang istri memakai jilbab ketika beraksi di panggung. Sebagai bentuk dukungan, Hari sering mengajak si buah hati, Runa Arieta Dzakirah, yang saat ini berusia empat tahun untuk menyaksikan Gugat beraksi.
Peran Achi tentu tak bisa dianggap remeh di Gugat. Selain vokalis, dia berperan sebagai pencipta lirik. Untaian kata dalam lagu Kelam dan Kamuflase merupakan contoh buah karyanya. Dia lebih sering memilih fenomena sosial untuk dituangkan menjadi lirik. Meski, sesekali juga pengalaman pribadi maupun orang-orang terdekatnya. ’’Lagu Kelam itu saya buat pas ibu meninggal. Kalau lagu Bapakku Seorang Demonstran, saya terinspirasi ayah saya yang hingga saat ini masih aktif demo. Beliau adalah korban PHK PT Dirgantara Indonesia (DI). Kalau pulang demo, ayah selalu cerita pengalamannya,’’ ucap dia. Achi sebenarnya masih suka demam panggung jika sedang perform. Meski sudah malang melintang, rasa nervous tetap saja menggelayutinya. Persis seperti saat dirinya memutuskan untuk mengenakan jilbab. ’’Dulu teman-teman meminta saya melepas jilbab. Mereka bilang saya aneh karena vokalis hardcore kok memakai jilbab. Para fans juga mungkin merasa janggal. Tetapi, saya cuek saja. Untungnya, saya belum pernah mendapat perlakuan atau kejadian yang tak mengenakkan,’’ ungkap Achi. Perasaan aneh juga dia alami saat pertama mengajar murid-murid TK. Selain berstatus vokalis band hardcore, Achi menjadi guru di TK Kuncup Harapan Bandung. Itu adalah TK warisan sang ibu. Achi menjalankan peran itu sejak 2006. ’’Awalnya, saya sempat bekerja di sebuah bank swasta sebagai tenaga marketing. Tetapi, saya tidak nyaman karena harus mengenakan kemeja atau celana kain. Saat itu, saya merasa bukan menjadi diri saya. Akhirnya hanya bertahan tiga bulan,’’ ungkapnya. Setelah sempat menganggur, dia akhirnya ditawari mengajar di TK tersebut. Itu juga merupakan tanggung jawab moralnya kepada sang ibu. Meski sebenarnya, dia bisa saja mencari pekerjaan lain. Apalagi, bekerja di TK tersebut sama sekali tak memberikan keuntungan material. Bayangkan, saat pertama bekerja, dia hanya digaji Rp150 ribu per bulan. Saat ini atau setelah hampir enam tahun bekerja, gajinya juga hanya Rp300 ribu. Jumlah tersebut tentu di bawah nominal yang dia dapat ketika perform. Itu masih ditambah ’’siksaan’’ yang dialami terkait busana. Sama seperti saat menjadi tenaga marketing, Achi mesti mengenakan celana kain, kemeja, hingga blazer. Namun, busana yang paling menyiksa adalah baju pink. Sebab, dirinya penggemar berat warna hitam yang seolah menjadi ciri grup-grup band beraliran hardcore. Tetapi, kehidupan di TK yang menampung 40 murid tersebut memang memberikan ketenteraman batin tersendiri bagi Achi. Sekaligus menghilangkan kepenatan karena berbagai kesulitan yang membelenggunya. Pembatalan konser, contohnya. Beberapa waktu lalu, Gugat juga sempat dilarang perform karena dianggap bakal memantik kerusuhan. Padahal, band-band pembuka lebih dulu beraksi. Selain itu, minimnya intensitas manggung membuat Achi resah. Saat ini, Gugat paling hanya manggung sebulan sekali. Padahal dulu mereka bisa lumayan sering perform. ’’Anak-anak itu lucu. Kadang juga orang tuanya yang lucu. Kadang orang tuanya yang godain saya dengan mengucapkan salam, tetapi suaranya diserak-serakin seperti saat saya menyanyi. Sejauh ini, tak ada masalah antara profesi saya sebagai vokalis dan guru,’’ ucap Achi.
Saat ini, terdapat sekitar tiga ribu fans berat Gugat yang tersebar di seluruh Indonesia. Band yang diawaki Achie bersama empat personel lainnya, yakni Iman (drum), Okid (vokal), Oce (gitar), dan Bayu (bas). Achie dan Okid berperan sebagai penulis lirik lagu yang terinspirasi dari pengalaman pribadi mereka. "Saya merasa nyaman dengan musik underground karena bebas berekspresi. Musik ini juga banyak mengeksplorasi sisi kelam kehidupan yang jarang tersentuh oleh aliran musik lain," katanya. Dengan perasaan itu, rasanya mustahil bagi Achie untuk meninggalkan dunia musik ini. Sikapnya yang konsisten dengan menjaga profesionalitas -antara pekerjaan sebagai guru TK dan sebagai vokalis band hardcore- berhasil menuai hormat dari orang-orang di sekelilingnya. Sejumlah orang tua murid di TK tempatnya mengajar malah sampai menggelar nonton bareng aksi panggung "Gugat" pada beberapa kesempatan. Beberapa murid Achie bahkan sangat mengaguminya sehingga mereka bercita-cita menjadi penyanyi rock saat dewasa kelak. "Pelajaran terbesar yang saya dapat dari musik ini adalah filosofi do it yourself atau kemandirian dan selalu berkarya. Salah besar jika orang selalu mengidentikkan kami dengan sesuatu yang negatif. Saya buktinya. Saya seorang guru, seorang ibu, dan seorang pencinta musik hardcore," tuturnya.

Rabu, 16 Januari 2013

Galeri Foto TIGA SETIA GARA

Berikut adalah galeri foto Tiga Setia Gara "tattoo tidak selalu identik dengan kriminal". Apakah fotonya terkesan sebagai kriminal cantik, atau malah fallen angel? silahkan menilai sendiri. 

















PROFIL TIGA SETIA GARA


Tiga Setia Gara , nama yang tidak asing di telinga para penonton acara MATA-MATA di salah satu stasiun TV swasta. Penampilannya yang dipenuhi tattoo disekujur tubuh memang terlihat berbeda dan memberi daya tarik tersendiri. Selain menjadi seorang presenter Tiga Setia Gara juga merupakan seorang vokalis dari grup band punk rock Silly Riot.
Dengan penampilan yang terkesan sangar dan pilihan musik hardcore yang keras, ternyata Tiga Setia Gara enggan bila dirinya diidentikan dengan kekerasan. Bahkan dirinya sempat menolak tawaran bermain film layar lebar yang hanya karena peran yang ditawarkan adalah seorang kriminal dengan badan penuh tattoo. " tattoo tidak selalu identik dengan kriminal" itu yang selalu ditegaskan dara cantik kelahiran jakarta ini.


BIOGRAFI CAPTAIN JACK


BIOGRAFI CAPTAIN JACK



Captain Jack terbentuk di Yogyakarta 4 desember 1999 lewat sebuah penyatuan hati, emosi, pengalaman hidup dan keinginan yang menuntun 5 anak muda ke dalam dunia seni yang sarat akan kreativitas. Captain Jack mungkin cuma sebuah nama aneh, tapi nama ini kami pilih sebagai sebuah tempat kami pulang dan menumpahkan segala emosi serta pikiran dari yang terkonsep hingga yang jorok ... Lewat lagu "sempurna", band yang di gawangi sebagian besar anak-anak yang berasal Dari Kota Pontianak ini sempat merajai track tangga lagu radio-radio di kota Yogyakarta , Pontianak dan beberapa kota lainnya, 3 tahun yang lalu. Lagu tersebut diambil dari album kedua Captain Jack, "Somethink About" yang di rilis di bawah bendera Universal Music Indonesia. Nuansa lagu yang segar dengan beat-beat yang catchy dalam Baluran nuansa Rock yang kental membuat musik Captain Jack lebih berwarna dan pantas untuk disimak. Tentang tema-tema yang diangkat, Captain Jack berada pada jalur "Turnamen" yang menjadi ciri Captain Jack. Dengan lirik-lirik pedas seputar pergolakan batin yang marah pada kondisi..



MOMO (6 STRING & VOX)

MUNGKIN... CUMA PEMUDA TOLOL YANG TERLALU BANYAK BERMIMPI, TERLALU SERING BERFIKIRTENTAG HAL-HAL YANG TAK PERLU, DAN KADANG BANYAK OMONG. TAK JELAS SEBENARNYA APAKAH SI PEMUDA TOLOL INI SEORANG VOCALIS, GITARIS, ATAU OPERATOR RECORDING "WHO CARES?!" YANG PASTI DIA CUMA PEMUDA TOLOL YANG OTAKNYA SEPERTI KABEL YANG TIAP HARI DIA PEGANG, "BERANTAKAN..!!" MUNGKIN DARI SITU LIRIK-LIRIK TOLOLNYA DATANG.



ZUHDIL (6 STRINGS SHREDER)

MUNGKIN... CENDERUNG TENANG, TAPI SEPERTI BOM WAKTU, SANGAT SULIT DI TEBAK.. BELIAU ADALAH GITARIS YANG SANGAT "PEDULI" DENGAN DUNIA PERGITARAN  WALAU TIAP HARI LEBIH SERING DI DEPAN MONITOR KOMPUTER  TAPI BANYAK YANG AKAN TERPERANGAH SETELAH LIHAT BELIAU "ON STAGE" KARENA BISA MENJADI SOSOK YANG BEDA.


NOVAN (4 STRING ABUSER & SCREAM)

MUNGKIN... ADALAH PRIA BERPERAWAKAN SANGAR TAPI KADANG SEPERTI ANAK KECIL YANG CERIA, DAN KADANG CEREWET. SELALU "INTO" DENGAN STYLE BERPAKAIAN DAN BANYAK YANG SELALU DIBUAT TERCENGANG DENGAN CARANYA BERMAIN-MAIN DENGAN BASSNYA DIATAS PANGGUNG  "FULL OF HOT ENERGY...!!"













SURYA ISMETH (KEYS, SYNTH & BACK VOCALS)

MUNGKIN... SUARANYA SEPERTI AMPLI GITAR HI-GAIN WALAUPUN IA PEMAIN KEYBOARD, CEPAT NAIK DARAH, DAN TERLALU BANYAK BERCANDA WALAU KADANG SOK SERIUS. GAYANYA SUPER "OLDSCHOOL" DAN LUAR BIASA CUEK, TAPI SELALU PEDULI DENGAN LINGKUNGAN SEKITAR, TAK BANYAK YANG MENGIRA KALAU OANG YANG SATU INI ADALAH PEMUSIK KARENA SELALU KELIHATAN SEPERTI MAHASISWA PECINTA ALAM YANG BARU TURUN GUNUNG, BIARPUN BEGITU DIA SELALU BISA MENGEJUTKAN DENGAN AKSI SPONTANNYA DI ATAS PANGGUNG.




ANDI BABON (THE BEAT)

MUNGKIN... SEDIKIT INTROVERT HINGGA KADANG TAK ADA YANG TAU APA YANG DIPIKIRKANNYA DAN SANGAT "MOODY". MUSIKALITASNYA TINGGI DAN PUNYA REFRENS MUSIK SEGUDANG, TIDAK TERLIHAT SEPERTI DRUMER BAND ROCK KADANG MALAH DIKIRA ANAK MANIS YANG COOL. TAPI JANGAN SALAH, SAAT DIBALIK PERANGKAT DRUM IA BISA MENJADI BONGKAHAN ES YANG KERAS.






BIOGRAFI ALONE AT LAST*



BIOGRAFI ALONE AT LAST*



ALONE AT LAST (disingkat AAL) pertama kali dibentuk tahun 2002 oleh Athink, Bahe, dan Abok, Kemudian saya (Indra) ikut bergabung untuk bermain gitar dan menyanyi. Karena kita ngebutuhin vokal yang bisa lebih ekspresif dan cocok dengan jenis musik yang menurut kita terhitung progresif saat itu, kita sempat meminta Ujo, untuk menyanyi untuk AAL, tapi kemudian kita menemukan Yas, yang saat itu gawe di Disconnect, Buah Batu. Bahe ngerekomendasiin Yas untuk bergabung bersama kita. Bahe sendiri saat itu fotografer di Ripple Magazine, sebuah majalah Indie populer di kota Bandung. Salah satu majalah yang menyuarakan karya-karya musik Indie Indonesia, khususnya di Bandung. Dari majalah Ripple inilah, AAL mulai bisa banyak berkembang dan dipromosikan ke khalayak massa musik underground/indie di bandung dan jakarta. Sebagaimana Athink, Bahe yang mempunyai network musik yang cukup luas ini memegang peranan penting dalam awal pembentukan band yang sering dicap "Emo Indonesia" ini.Selama hampir setahun dalam tahun 2002, AAL hanya manggung 2 kali, yang pertama di tempat skate anak-anak bandung, yaitu di Bouqiet Cafe "FREE AT LAST" dan yang kedua di Kuningan Jakarta. Apresiasi masa dengan lagu-lagu AAL sudah lumayan baik. Lagu yang dibawakan saat itu cukup banyak, tapi yang sempat dirilis oleh Ripple Magazine dan Riotic Compilation cuma ada dua; "No More Worries" dan "No Feeling", yang kebetulan posisi vokal masih dipegang oleh saya sendiri (sambil ngegitar). Meskipun dibuat dalam format CD demo, dua lagu ini juga dipromosikan dalam bentuk kaset tape di Ripple Magazine. Berikut dengan page Interview AAL di dalamnya.Ada satu kejadian yang membuat AAL beruntung saat itu. Sebuah perusahaan rekaman nasional menawarkan kita untuk membuat album full setelah mendengar lagu2 promosi dari Ripple itu. Mereka meminta 5 sample lagu AAL yang baru sebelum mereka betul2 akan menawarkan kontrak serius. Sejak kesempatan itu, otomatis kita semua langsung membuat rekaman demo sebanyak 5 lagu. Kita rekaman di STUDIO 45 yang saat itu berlokasi di Jl. Riungpurna II, Bandung. Dalam proses rekaman demo, saya dan Bahe tiba-tiba punya keraguan kalau perusahaan rekaman itu betul-betul menginginkan AAL untuk dirilis. Saya pribadi khawatir bahwa CD demo kita tertukar dengan band lain yang kebetulan sewaktu itu sedang promosi juga, band itu bernama CUPUMANIK. Setelah investigasi ke Ripple dan pihak perusahaan rekaman, ternyara dugaan saya benar... wakil dari perusahaan rekaman itu mendengarkan CD dari Cupumanik, dan bukan Alone at Last.Kecewa dengan kenyataan yang pahit ini, AAL tidak berhenti di tengah jalan. Rekaman tetap diteruskan. Kita berpikir "WHY WE SHOULD DEPENDS OUR DESTINY TO MAJOR LABELS? WE CAN BE PRODUCTIVE WITHOUT WITHOUT THEM". Di sinilah spirit Indie AAL berasal - Indie yang bermakna "Independent" pada dasarnya punya prinsip yang sama dengan "Underground" yaitu D.I.Y (Do It Yourself). Dengan bantuan pemilik studio, Chaerul (Gitaris Noin Bullet), dan sound engineer profesional, Yayat (Soundman BURGERKILL, band Metal nomor satu di Indonesia), dan Yoni (ex-vokalis Turtle Junior). AAL akhirnya melahirkan album pertamanya (E.P) yang diberi judul "Sendiri Vs. Dunia" - Athink lebih tahu banyak tentang sejarah penamaan album E.P ini, yang pastinya ia lebih berhubungan dengan toilet dibandingkan dengan state of mind AAL sesungguhnya ttg dunia.Andhika, gitaris band punk Bandung TURTLE JR., tertarik untuk merilis album "Sendiri Vs. Dunia", AAL dijadikan proyek pertama perusahaan rekaman indie pertamanya, ABSOLUTE RECORDS. Album "Sendiri Vs. Dunia" secara resmi dirilis tahun 2004. Hit pertamanya yang terkenal dan sering di pasang di radio-radio di Bandung berjudul "Amarah, Senyum, dan Air Mata". Videoklipnya kemudian dibuat oleh Speed-o-Film, disutradai oleh Eric. Pembuatan videoklip ini juga dibantu oleh teman-teman dari band punk ternama di Bandung, SENDAL JEPIT dan band punk cewek BOYS R TOYS. Menurut koran Kompas, Videoklip lagu ini mencatat rekor sebagai videoklip yg paling banyak di download di Youtube di Indonesia. Beberapa bulan sebelum rekaman, ketika tahun 2003, Abok mengundurkan diri dari AAL karena ingin lebih fokus pada pekerjaannya sejak ia diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di dinas Balai Perkotaan Bandung.Ubey datang di saat yang tepat, saat itu Ubey yang botak dan berperawakan kurus masih "malu-malu" ketika manggung di Gedung Dewan Kesenian Cianjur (DKC), sebuah show Underground di kota Cianjur, Jawa Barat. Tapi tidak lama kemudian, seperti Yas, Ubey menjadi perhatian utama para penonton karena aksi panggungnya yang katanya "cadas!"Teman-teman dari SENDAL JEPIT dan ROCKET ROCKERS selama perjalanan sejauh ini sangat banyak mendukung awal terbetuknya band ini. Dan begitu juga dengan band-band lain seperti JOLLY JUMPER, DISCONNECTED, BESIDE, NUDIST ISLAND, BUCKSKIN BUGGLE, dan banyak lagi.Tanpa diduga album SENDIRI Vs. DUNIA (EP) terjual hingga 1,500 kopi dalam bentuk kaset dan masih diproduksi ulang hingga sekarang. Versi bajakan pun tidak kalah banyaknya, orang banyak yang membajak album pertama AAL ini dan menyebarkan materi ini ke masa-masa lain. Meskipun tidak mengeluarkan versi CD, album CD bajakan AAL dapat ditemukan di pasar kembang dan tempat-tempat lain yang menjual CD dan DVD bajakan. Tentunya, kualitas suaranya tidak sebagus yang asli. Dalam versi bajakan ini juga judul-judul lagu banyak yang diubah. Lagu "Kisah Jejak Terhina", contohnya, diubah menjadi "Yang Tersiksa".Sejak album dan videoklip pertama AAL dipublikasikan ke media-media, termasuk ke Radio Paramuda, Ardan, Stasiun TV lokal STV, dan ke MTV. AAL mulai menjadi perhatian banyak orang. Baik itu mereka yang ngefans maupun yang membencinya. Ditambah dengan suara-suara parau "anti-EMO" yang tidak menyukai musik-musik seperti AAL - meskipun AAL tidak pernah mencap dirinya emo. Jadwal manggung pun (gigs) pun mulai memenuhi agenda mingguan AAL. Anoy, yang waktu itu manager AAL banyak berjasa dalam membawa AAL dalam proses ini.Tahun 2006 saya menyatakan mengundurkan diri dari AAL berhubung urusan keluarga dan rencana studi ke Australia. Setelah melakukan beberapa sesi audisi, akhirnya posisi saya diisi oleh Ucay, yang sampai sekarang masih bermain di AAL. Dengan formasi inilah, Athink, Ubey, Yas, Bahe, dan Ucay, AAL melahirkan album keduanya yang berjudul "JIWA". Dirilis tahun 2008 dengan produser yang sama Andhika, Chaerul, dan Yayat, lagu-lagu baru AAL mulai melakukan sedikit eksperimen. Hits barunya berjudul "Muak Untuk Memuja", yang videoklipnya dirilis di tahun 2008 dan disutradai oleh Yas sendiri. Selain Muak Untuk Memuja,hits alone at last seperti "Jiwa", "Taman", "Gadis Kecil Berbisa", dan "Dear Love" juga sering masuk chart atas di radio-radio lokal.Selain Bandung dan Jakarta, kali ini massa AAL mulai merambah dari Medan, Riau, Palembang, Garut, Tangerang, Cirebon, Tasikmalaya, Yogyakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Bali, Pontianak, Makassar, dan Papua. Sehingga di tahun 2006 dan 2007 adalah tahun-tahun yang penuh dengan tur musik. Di tahun-tahun ini juga mulai terbentuknya sebuah perkumpulan non-formal para penggemar AAL yang dinamakan STAND ALONE CREW (SAC), sebuah komunitas musik untuk berbagi pengalaman, berdiskusi, dan turut berpartisipasi dalam mengembangkan pergerakan musik underground di Bandung. SAC hingga sekarang masih aktif dibawah manajemen baru yang dikepalai oleh saya sendiri, bersama dengan Davit, dan Rizzy (Indiebandung.com).Dengan keluarnya Bahe dari AAL di tahun 2007, posisi gitar hanya dipegang oleh Ucay. Untuk mengisi kekosonganm posisi ini, AAL menarik additional player yang bernama Davit (Beauty forgotten) yang sejak sebelumnya sudah menjadi kru AAL. Di pertengahan tahun 2008, karena pulang ke Indonesia, saya secara resmi menyatakan untuk bergabung kembali dengan AAL. Teman-teman dan keluarga besar AAL ikut menyambut baik kembalinya saya ke dalam band. Meskipun tidak terlibat banyak dalam proses rekaman album Jiwa, saya ikut bergabung dalam proses pembuatan videoklip baru AAL "Muak Untuk Memuja". Hingga sekarang formasi AAL antara lain: Athink, Ubey, Yas, Ucay, dan saya sendiri, Indra. Sedangkan posisi manager tidak lagi dipegang oleh Anoy, tapi oleh Kikio Nugraha. Dan posisi Road Manager dipegang oleh M. Ikrar Hasibuan (Bang Ucok), dan dibantu oleh kru-kru handal: Davit, Deeda, Amy, Bruise, Rizq. Beberapa kru dari Absolute Records kadang-kadang turun tangan untuk membantu dalam event tertentu.Kini AAL sudah berumur 7 tahun, bukan waktu yang sedikit dalam karir musik. AAL tidak mempedulikan label Indie atau Major seperti yang sering diributkan oleh sebagian musisi dan pemerhati musik yang idealis. Bagi AAL mengembangkan karir musik bis dimana saja. Kenyataannya, batas pemisah antara Indie dengan Major sudah semakin tipis. Perusahaan-perusahaan musik besar Indonesia pun sudah mulai banyak melirik band-band indie, seperti ROCKET ROCKERS dan BURGERKILL yang pernah dirilis oleh SONY. Dalam kerangka globalisasi yang semakin terasa oleh kehidupan kita sehari-hari, AAL mendukung semua band-band lokal Indonesia yang selalu bergerak dalam kerangka progresivitas musik, terutama dalam mempertahankan keunikan musik belantika Indonesia, yang merupakan perkawinan dari subkultur timur dan barat, tradisional dan modern, belantika dan mancanegara. Melawan semua diferensiasi sosial dalam komunitas Underground. Persatuan para musisi dengan orang-orang yang bergerak dan bekerja di bidang media massa, baik cetak maupun elektronik memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan hidup dan matinya kreativitas dan keunikan musikalitas musik-musik Underground/Indie seperti yang diusung oleh AAL. Tanpa menolak keberadaan musik Pop, AAL bersama band-band lokal lain menawarkan alternatif musik lain. Demi menjaga keberagaman belantika musik Indonesia.

GANIA "HARDCORE" ALIANDA


GANIA  ALIANDA


BILLFOLD adalah band hardcore poppunk yang terbentuk di awal tahun 2010, ini adalah sebuah project baru dari Gania Alianda (vokal) bersama Pam (drum), Angga (gitar) dan Ferrin (bass), mereka mencoba untuk menawarkan warna baru di industri musik di Indonesia, dengan front line wanita di dalamnya. Mencoba memainkan musik hardcore dengan beat punk yang ciamik dan easy listening, mereka menggemari musik-musik poppunk hc amerika seperti DAGGERMOUTH, SET YOUR GOALS, FOR YEAR STRONG, dan band band gelombang baru easycore amerika namun tetap mempertahankan set beat punks / hc lama seperti, H2O, SHELTER, hingga WARZONE.


Gania Alianda sebelumnya sempat mempunyai band hardcore bersama kakaknya hingga menyanyi dalam single "Supergirl" bersama ROSEMARY. Posisi gitar diisi oleh seorang gitaris band hardcore ASIA MINOR, bernama Angga, seorang pekerja keras yang membuat komposisi gitar kasar dalam band ini. Dan Ferrin, juga memainkan bass di band hardcore asal Barat Bandung yg bernama STRIKE FIRST.

Single pertama BILLFOLD dirilis bulan Desember 2010 berjudul “Destroyed Without Hesitation“ bercerita tentang seseorang yang ingin sekali membuktikan bahwa sebenarnya dia mampu menghancurkan musuhnya tanpa rasa takut. Dan lagu ini pun mendapat respon baik, terbukti dari komentar yang diberikan oleh teman-teman di jejaring sosial Facebook dan Twitter, serta masuk ke dalam chart beberapa acara indie di radio-radio lokal di Bandung. Mereka pun merilis debut mini album pada bulan Maret 2011 yang berisikan 4 lagu yg bercerita tentang keadaan alam, pertemanan, keadaan sosial di sekeliling mereka, dan sedikit nuansa protes tentang keadaan sosialpolitik pemerintahan di negri ini. Mini album mereka dirilis oleh record label mereka sendiri yang bernama Young Blood Music.

























Senin, 14 Januari 2013

ULTRAS CURVA NORD SQUADRA

CURVA NORD SQUADRA

God Created Us For Support PSCS 1950
FORZA PSCS 1950
FORZA CILACAP

#LIBERTA PER GLI ULTRAS